Senin, 26 Juli 2010

POTRET LAIN DI HARI ANAK NASIONAL


Oleh : A. Ericho Gautama

Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja keras dan semangat yang tinggi menjadi modal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bekerja seadanya asal mampu menjadi sumber penghasilan, dengan ikhlas dilakukan mereka yang tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup seperti sekarang ini. Tidak peduli lagi dengan tanggapan orang lain apakah pekerjaan tersebut pantas dilakukan atau tidak, yang penting ada sesuap nasi untuk nanti dan hari esok.

Di zaman yang serba susah dengan kondisi perekonomian yang semakin buruk, serta bertambahnya kebutuhan hidup yang semakin hari semakin banyak, menyebabkan mereka yang masih di usia belia harus rela bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup karena tidak mungkin hanya mengandalkan penghasilan orang tua. Kondisi yang memprihatinkan jika anak-anak yang seharusnya hanya sibuk dengan urusan belajar harus dipaksa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Menjadi seorang pengamen atau anak jalanan menjadi suatu pilihan bagi anak – anak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Panasnya matahari dan dinginnya malam tak menjadi penghalang bagi anak jalanan demi terpenuhinya kebutuhan hidup.

Di padatnya aktivitas dan ramainya jalan raya kota Jogja, saya berhasil mewawancarai seorang anak jalanan yang setiap hari ngamen di lampu lalu lintas Jalan Gejayan. Anak jalanan yang berhasil kami wawancarai bernama Desi. Setiap hari sekitar jam 3 sore Desi bersama teman – temannya yang juga anak jalanan mulai berangkat dari rumah singgah menuju jalan raya untuk mengamen. Dengan berbekal sebuah gitar Ia menghampiri setiap pengguna jalan yang berhenti saat lampu merah untuk mendapatkan uang. Perasaan malu atau takut sudah tidak ada lagi dalam dirinya, yang terpenting menurut Desi dapat mencari uang untuk biaya hidup. Setiap hari Desi mampu mungumpulkan uang sebanyak lima ribu sampai sepuluh ribu rupiah. Meski jumlah uang yang diperoleh kecil, Ia merasa bersyukur karena masih bisa makan dan merasa senang bisa kumpul dengan teman- temannya yang juga bekerja menjadi anak jalanan. Meski Desi bekerja sebagai anak jalanan, Ia juga bersekolah di salah satu SMK swasta di Jogja. Sekarang dia duduk di bangku kelas dua. Ia tak pernah merasa malu dengan teman – teman sekolahnya meski bekerja sebagai anak jalanan. Menurut Desi meski kondisi ekonomi susah, ia harus tetap sekolah karena pendidikan sangatlah penting untuk bekal masa depan. Suatu kerja keras yang perlu kita contoh di zaman sekarang yang semakin hari semakin banyak orang malas dan pasrah dalam menghadapi kesulitan hidup.

Kondisi ekonomi keluarga yang sulit menjadi alasan Desi harus bekerja sebagai anak jalanan. Ia tidak mungkin hanya mengandalkan penghasilan dari kedua orang tuanya. Ayah Desi bekerja sebagai pengantar es ke warung – warung, sedangkan ibunya juga bekerja sebagai pengamen di lampu lalu lintas. Apalagi Desi masih punya dua adik yang masih kecil. Desi harus bekerja keras untuk membiayai sekolahnya dan membayar uang rumah kontrakan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal keluarganya. Meski sebetulnya Ia sudah bosan dengan pekerjaan yang dilakukan, Ia tetap melakukan pekerjaannya sebagai anak jalanan untuk memenuhi biaya hidup. Ia memiliki harapan setelah lulus nanti Ia dapat memperbaiki kehidupan keluarganya.Ia juga memiliki harapan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan anak jalanan agar hidupnya lebih baik dan jumlah anak jalanan dapat berkurang.

Inilah contoh kecil potret seorang anak jalanan yang terus berjuang melawan getirnya hidup, apakah euphoria peringatan Hari Anak Nasional dapat Ia rasakan, berjuta-juta anak bernasib sama seperti dirinya, membanting tulang untuk sesuap nasi. Dimana para manusia yang ditunjuk sebagai para pemimpin Bangsa ini? Apakah mereka terlalu sibuk dengan Loby- Loby dan Korupsi sehingga melupakan anak-anak yang menjadi tumpuan harapan Bangsa ini.


Thank to : Desi (anak jalanan di jalan Affandi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar